Berikut ini all's well sharing artikel menarik seputar pendidikan, semoga dapat bermanfaat buat sobat pembaca. OKE!!
Ini pertanyaan yang mudah, tetapi sulit dijawab. Mengapa? Karena penyebab anak malas sangat banyak faktor. Mari kita bahas satu per satu.
Ini pertanyaan yang mudah, tetapi sulit dijawab. Mengapa? Karena penyebab anak malas sangat banyak faktor. Mari kita bahas satu per satu.
1. Tidak punya tujuan: Anak tidak mengerti
dengan benar tujuan mereka belajar di sekolah, pokok sekolah itu
penting untuk masa depan kamu. Tapi masa depan seperti apa? Ketika anak
tidak jelas tentang itu, dia tidak akan termotivasi saat belajar di
sekolah.
2. Lingkungan di rumah: Di rumah, anak
tidak memiliki suasana belajar yang nyaman. Kalau belajar di kamar, ada
ranjang mendingan tidur. Kalau belajar di ruang tamu, mendingan
nonton. Kalau belajar di dapur, jadi pengen ngemil. Zona belajar sama
seperti zona bekerja bagi orang dewasa. Ketika berada di zona itu, mood
dan ide-ide kita bisa mengalir sendiri. Zona belajar juga membantu anak
menjadi lebih konsentrasi dengan belajar.
3. Over study: Anak sudah full belajar di
sekolah. Sepulang sekolah, anak lanjut les. Sampai di rumah sudah malam,
masih di suruh belajar? Kalau orang dewasa sudah bekerja seharian
dan sepulang ke rumah masih di kasih kerjaan apakah mau? Kalau lembur
biasanya ada reward lho. Kalau belajarnya lembur ada reward gak
buat anak? Sebagian orangtua akan membantah, itu kan tanggungjawab anak.
Sebaliknya, kalau orangtua disuruh kerja lembur tetapi tidak
ada rewardnya mau gak? Hehe…
4. Kurang perhatian: Selama bergelut di
dunia konseling, saya banyak bertemu kasus anak yang punya masalah di
sekolah (prestasi jelek, berantem, bolos) dikarenakan kurang
mendapat perhatian dari orangtua. Perhatian yang saya maksud adalah
kasih sayang. Dan parahnya ini bahkan tidak disadari oleh anak lho. Ini
adalah bentuk defense mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang
diciptakan oleh anak itu. Beberapa kasus yang saya dapatkan, ketika
anak bermasalah biasanya orangtua dipanggil, ketika itu juga dia bisa
bertemu dengan orangtuanya ditegur, dinasehati, dan tanpa disadari
teguran dan nasehat itu dimaknai sebagai ‘kasih sayang’ bagi si anak.
5. Punya hambatan diri: Anak tanpa sadar membuat
persepsi yang menghambat dirinya tentang pelajaran tertentu. Pak Agus
pernah membantu seorang anak perempuan yang punya kesulitan pelajaran
fisika. Anehnya, nilai ujian matematika dan kimia anak ini selalu di
atas 80, untuk nilai fisika tidak pernah lulus kkm. Setelah dicari tahu
penyebabnya, ternyata anak ini pernah salah mengerjakan soal dan
dibilang sama gurunya seperti ini, “kamu itu anak perempuan, perempuan itu memang nggak bisa ngerjain soal fisika”.
Dan kata-kata itu menjadi program dalam diri anak. Setelah pak Agus
bantu apa yang terjadi, nilai fisikanya meningkat derasits. Anak
punya hambatan yang membuatnya malas untuk belajar. Hambatan ini harus
dibereskan.
6. Tidak punya strategi belajar: Anak hanya
belajar tetapi tidak tahu cara belajar, bagaimana strategi dalam
belajar, bagaimana strategi mengerjakan soal ujian. Ini akhirnya membuat
anak malas untuk melakukan apa-apa. Sama halnya dengan orang dewasa
yang diberikan target tetapi tidak pernah diajarkan bagaimana mencapai
target tersebut.
7. Mencari nikmat menghindari sengsara: Pada dasarnya manusia punya default system mencari nikmat menghindari sengsara. Bermain dianggap sebagai hal yang
menyenangkan, sedangkan belajar karena beberapa hal yang saya jelaskan
di atas dianggap menjadi hal yang tidak menyenangkan alias ‘sengsara’.
Jadi kalau disuruh pilih mau belajar atau main, maunya bermain. Untuk
mengatasi ini, anak harus bisa fokus pada kenikmatan yang lebih besar.
Bukan kenikmataan sesaat.
WARNING..!! Etika BERKOMENTAR di Blog all's well :
a. Gunakanlah Perkataan yang Baik, Ramah dan Sopan
b. Komentar SPAM akan all's well HAPUS setelah direview
c. Komentar NEGATIF & RASIS akan Segera di HAPUS
d. Dilarang Menambahkan "LINK AKTIF" dalam Komentar
Note: "ANDA SOPAN KAMI PUN SEGAN" (all's well) ConversionConversion EmoticonEmoticon