JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai lembaga ekonomi dunia
dan juga korporasi kini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
dengan potensi ekonomi sangat besar di dunia. Indonesia diprediksi akan
menjadi salah satu negara pengendali perekonomian di Asia bersama China
dan India.
Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan merupakan market besar dunia, selain juga memiliki sumber daya alam luar biasa. Tak heran, perusahaan-perusahaan ternama dunia berbondong-bondong masuk ke Indonesia untuk berinvestasi.
Namun demikian, dalam hal sumber daya manusia, Indonesia masih harus mengejar ketertinggalannya dalam hal teknologi dan juga kemampuan berkomunikasi. Sebagai negara yang ingin terus maju, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk sesegera mungkin memperbaiki kemampuan mereka untuk bisa berkomunikasi dengan bangsa lain.
Robert Lane Greene yang mengkaji untuk The Economist mencatat, "Saingan bahasa Inggris dewasa ini bukanlah bahasa Mandarin, Arab atau Spanish, tetapi saingannya adalah komputer. Apalagi, sekarang komputer dilengkapi dengan Google Translate dengan kamus untuk mengecek makna lain selain yang diterjemahkan".
Hal senada diungkapkan Dino Martin, Direktur B-Recruit, salah satu sebuah perusahaan konsultan SDM. Dino mengungkapkan, bahwa kemampuan bahasa Inggris sudah menjadi kriteria mutlak yang diinginkan perusahaan dari seorang calon pegawainya. Lebih lanjut Dino mengatakan bahwa ini terjadi bukan hanya di perusahaan multinasional, tetapi juga lokal.
Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan merupakan market besar dunia, selain juga memiliki sumber daya alam luar biasa. Tak heran, perusahaan-perusahaan ternama dunia berbondong-bondong masuk ke Indonesia untuk berinvestasi.
Namun demikian, dalam hal sumber daya manusia, Indonesia masih harus mengejar ketertinggalannya dalam hal teknologi dan juga kemampuan berkomunikasi. Sebagai negara yang ingin terus maju, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk sesegera mungkin memperbaiki kemampuan mereka untuk bisa berkomunikasi dengan bangsa lain.
Robert Lane Greene yang mengkaji untuk The Economist mencatat, "Saingan bahasa Inggris dewasa ini bukanlah bahasa Mandarin, Arab atau Spanish, tetapi saingannya adalah komputer. Apalagi, sekarang komputer dilengkapi dengan Google Translate dengan kamus untuk mengecek makna lain selain yang diterjemahkan".
Hal senada diungkapkan Dino Martin, Direktur B-Recruit, salah satu sebuah perusahaan konsultan SDM. Dino mengungkapkan, bahwa kemampuan bahasa Inggris sudah menjadi kriteria mutlak yang diinginkan perusahaan dari seorang calon pegawainya. Lebih lanjut Dino mengatakan bahwa ini terjadi bukan hanya di perusahaan multinasional, tetapi juga lokal.
"Saya rasa
kemampuan berbahasa Inggris adalah hal mutlak bagi mereka yang ingin
berkarir di perusahaan multinasional. Bahkan, yang mengejutkan adalah di
perusahaan lokal pun sudah menempatkan kemampuan berbahasa Inggris
sebagai salah satu kriteria dasar dalam mencari pegawai," ujar Dino.
Pekerja profesional
Bahasa Inggris memang hal mutlak bagi mereka yang ingin memiliki karir yang baik dan ingin terus memastikan peningkatan karirnya. Semakin tinggi posisi yang dicari, semakin mutlak persyaratan akan kemampuan berbahasa Inggris dari calon pegawai diminta oleh sebuah perusahaan.
"Artinya, jika anda ingin mengembangkan karir dan terus mendapat promosi jabatan, maka kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu hal yang perlu diamankan," lanjut Dino.
Permasalahannya adalah, dengan tingkat kesibukan relatif padat, ditambah kemacetan di kota besar semakin menjadi, tantangan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mendapat tantangan serius, terutama bagi para pekerja profesional.
"Saya baru bisa pulang dari kantor jam 6 sore. Ditambah macet kurang lebih satu setengah jam, artinya paling cepat baru jam 19.30 sampai di rumah. Itu sudah rutinitas tetap dari Senin sampai Jumat, sementara Sabtu dan Minggu lebih banyak dihabiskan dengan teman dan keluarga. Jadi, memang sulit mencari waktu untuk kursus bahasa Inggris," ungkap Tito, seorang profesional muda di Jakarta.
Bagi para profesional di kota besar seperti Jakarta, urusan macet dan waktu memang bak "lingkaran setan" dan membuat mereka terlanjur terlambat untuk belajar bahasa Inggris.
"Saya ingin punya pekerjaan yang baik dengan karir dan bayaran yang juga memuaskan dan ritme kerja bisa disesuaikan. Namun, sepertinya agak sulit mendapatkannya dengan kemampuan berbahasa Inggris saya yang pas-pasan ini. Dengan aktifitas begitu padat, sepertinya agak mustahil bisa meluangkan waktu untuk kembali belajar bahasa Inggris. Namun, saya sadar jika saya tidak mulai belajar bahasa Inggris, kondisi saya akan terus seperti sekarang ini," timpal Agus, seorang pekerja bank ternama.
Online dan offline
Rhenald Kasali, dalam salah satu publikasinya menyebutkan bahwa Bahasa Inggris telah menjadi bahasa dagang yang sangat penting saat ini. Orang yang memiliki kemampuan multibahasa, selain terlihat intelek, mereka memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang baik.
"Karena itu, Indonesia perlu membuka diri dan pendidikan harus berani memajukan generasi baru berbahasa ganda, multilingual," ujar Rheinald.
Lebih lanjut Rhenald juga menyebutkan bahwa selain digunakan oleh 2 miliar jiwa, bahasa Inggris adalah bahasa yang dipakai ilmuwan-ilmuwan terkemuka dunia. Dewasa ini, menurut dia, lebih dari 90 persen publikasi ditulis dalam bahasa Inggris.
"Kalaupun ada bahasa lain, jarang ada satu bahasa yang menguasai lebih dari 2 persen," kata
Rheinald.
Berangkat dari permasalahan itu, EF English First Indonesia, sekolah bahasa terbesar di dunia, mendirikan sebuah sekolah bahasa Inggris yang menawarkan solusi untuk berbagai permasalahan di atas. Sekolah EF terbaru ini mulai beroperasi pada 27 September 2013 di fX Mal, Sudirman, Jakarta, untuk menawarkan metode pembelajaran bahasa Inggris yang fleksibel.
Country Manager EF English Centers Indonesia, Patricia Setyadjie, mengungkapkan di sekolah ini murid bisa memilih belajar di kelas melalui kelas tatap muka dengan guru native atau belajar secara online, atau kombinasi keduanya. Lebih menarik lagi, fasilitas belajar secara online dilakukan tidak hanya dengan program komputer, melainkan juga untuk kelas-kelas percakapan dengan interaksi langsung bersama native teacher.
"EF dengan metode pembelajaran EF Efekta System juga mengoptimalkan segala aspek kemampuan berbahasa Inggris seperti reading, writing, speaking, dan juga listening. Siswa diajak tidak hanya belajar grammar, tapi juga mencoba dan mengaplikasikannya dalam konteks sehari-hari," kata Patricia kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (21/11/2013).
Mengikuti perkembangan zaman, lanjut Patricia, EF juga menggabungkan metode belajar online dan offline. Hal ini merupakan suatu terobosan terbaru di dunia pendidikan bahasa.
"Fasilitas belajar online ini bisa diakses melalui komputer, laptop, iPad, ataupun tablet mereka dari rumah, kantor, atau di manapun ada akses internet agar bisa tetap mengikuti kelas dan kembali mengikuti kelas tatap muka ketika sudah memiliki waktu. Dengan begitu, baik waktu, jarak atau padatnya aktifitas bukan lagi masalah untuk memperbaiki kemampuan bahasa Inggris mereka," tambah Patricia .
Ia mengakui, walaupun konsep pembelajaran ini merupakan hal baru di Indonesia, namun ini bukanlah hal baru bagi EF. Konsep yang sama telah diterapkan dan mendapat sambutan positif di berbagai negara lain tempat EF beroperasi.
Saat ini EF memiliki lebih dari 450 sekolah di lebih dari 54 negara di dunia. Eksistensinya di kancah global inilah yang membantu EF bisa terus berinovasi dan menciptakan standar baru dalam pendidikan bahasa.
"Setiap tahun kami menginvestasikan tidak kurang dari 20 juta USD untuk pengembangan produk. Sekolah ini akan jadi sekolah bahasa Inggris yang canggih dan nyaman karena dilengkapi berbagi teknologi canggih seperti iPad, interactive whiteboard, monitor dengan layar sentuh dan berbagai aplikasi reservasi kelas yang bisa diakses secara online," ujarnya.
Sementara itu, menurut Lars Berg, Executive Vice President EF Indonesia, studi menunjukkan bahwa profesional yang berkemampuan berbahasa Inggris dengan baik bisa meraih pendapatan 30-50 persen lebih tinggi. Sebanyak 42 persen CEO di Indonesia mengatakan bahwa mereka kekurangan karyawan yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Maka, lanjut Lars, Dengan berkembang pesatnya perekonomian di Indonesia, diperkirakan pada 2030 Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja yang mahir berbahasa Inggris.
"Kebanyakan orang menghabiskan ribuan jam belajar bahasa Inggris mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Namun, sebagian besar murid dewasa kami saat pertama kali datang ke EF Center merasa kurang percaya diri dalam berbahasa Inggris. Sistem pembelajaran kami dirancang khusus untuk membantu murid menguasai bahasa Inggris praktis, ini berarti mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara alami dalam situasi kehidupan nyata," ungkap Lars.
Bahasa Inggris memang hal mutlak bagi mereka yang ingin memiliki karir yang baik dan ingin terus memastikan peningkatan karirnya. Semakin tinggi posisi yang dicari, semakin mutlak persyaratan akan kemampuan berbahasa Inggris dari calon pegawai diminta oleh sebuah perusahaan.
"Artinya, jika anda ingin mengembangkan karir dan terus mendapat promosi jabatan, maka kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu hal yang perlu diamankan," lanjut Dino.
Permasalahannya adalah, dengan tingkat kesibukan relatif padat, ditambah kemacetan di kota besar semakin menjadi, tantangan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mendapat tantangan serius, terutama bagi para pekerja profesional.
"Saya baru bisa pulang dari kantor jam 6 sore. Ditambah macet kurang lebih satu setengah jam, artinya paling cepat baru jam 19.30 sampai di rumah. Itu sudah rutinitas tetap dari Senin sampai Jumat, sementara Sabtu dan Minggu lebih banyak dihabiskan dengan teman dan keluarga. Jadi, memang sulit mencari waktu untuk kursus bahasa Inggris," ungkap Tito, seorang profesional muda di Jakarta.
Bagi para profesional di kota besar seperti Jakarta, urusan macet dan waktu memang bak "lingkaran setan" dan membuat mereka terlanjur terlambat untuk belajar bahasa Inggris.
"Saya ingin punya pekerjaan yang baik dengan karir dan bayaran yang juga memuaskan dan ritme kerja bisa disesuaikan. Namun, sepertinya agak sulit mendapatkannya dengan kemampuan berbahasa Inggris saya yang pas-pasan ini. Dengan aktifitas begitu padat, sepertinya agak mustahil bisa meluangkan waktu untuk kembali belajar bahasa Inggris. Namun, saya sadar jika saya tidak mulai belajar bahasa Inggris, kondisi saya akan terus seperti sekarang ini," timpal Agus, seorang pekerja bank ternama.
Online dan offline
Rhenald Kasali, dalam salah satu publikasinya menyebutkan bahwa Bahasa Inggris telah menjadi bahasa dagang yang sangat penting saat ini. Orang yang memiliki kemampuan multibahasa, selain terlihat intelek, mereka memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang baik.
"Karena itu, Indonesia perlu membuka diri dan pendidikan harus berani memajukan generasi baru berbahasa ganda, multilingual," ujar Rheinald.
Lebih lanjut Rhenald juga menyebutkan bahwa selain digunakan oleh 2 miliar jiwa, bahasa Inggris adalah bahasa yang dipakai ilmuwan-ilmuwan terkemuka dunia. Dewasa ini, menurut dia, lebih dari 90 persen publikasi ditulis dalam bahasa Inggris.
"Kalaupun ada bahasa lain, jarang ada satu bahasa yang menguasai lebih dari 2 persen," kata
Rheinald.
Berangkat dari permasalahan itu, EF English First Indonesia, sekolah bahasa terbesar di dunia, mendirikan sebuah sekolah bahasa Inggris yang menawarkan solusi untuk berbagai permasalahan di atas. Sekolah EF terbaru ini mulai beroperasi pada 27 September 2013 di fX Mal, Sudirman, Jakarta, untuk menawarkan metode pembelajaran bahasa Inggris yang fleksibel.
Country Manager EF English Centers Indonesia, Patricia Setyadjie, mengungkapkan di sekolah ini murid bisa memilih belajar di kelas melalui kelas tatap muka dengan guru native atau belajar secara online, atau kombinasi keduanya. Lebih menarik lagi, fasilitas belajar secara online dilakukan tidak hanya dengan program komputer, melainkan juga untuk kelas-kelas percakapan dengan interaksi langsung bersama native teacher.
"EF dengan metode pembelajaran EF Efekta System juga mengoptimalkan segala aspek kemampuan berbahasa Inggris seperti reading, writing, speaking, dan juga listening. Siswa diajak tidak hanya belajar grammar, tapi juga mencoba dan mengaplikasikannya dalam konteks sehari-hari," kata Patricia kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (21/11/2013).
Mengikuti perkembangan zaman, lanjut Patricia, EF juga menggabungkan metode belajar online dan offline. Hal ini merupakan suatu terobosan terbaru di dunia pendidikan bahasa.
"Fasilitas belajar online ini bisa diakses melalui komputer, laptop, iPad, ataupun tablet mereka dari rumah, kantor, atau di manapun ada akses internet agar bisa tetap mengikuti kelas dan kembali mengikuti kelas tatap muka ketika sudah memiliki waktu. Dengan begitu, baik waktu, jarak atau padatnya aktifitas bukan lagi masalah untuk memperbaiki kemampuan bahasa Inggris mereka," tambah Patricia .
Ia mengakui, walaupun konsep pembelajaran ini merupakan hal baru di Indonesia, namun ini bukanlah hal baru bagi EF. Konsep yang sama telah diterapkan dan mendapat sambutan positif di berbagai negara lain tempat EF beroperasi.
Saat ini EF memiliki lebih dari 450 sekolah di lebih dari 54 negara di dunia. Eksistensinya di kancah global inilah yang membantu EF bisa terus berinovasi dan menciptakan standar baru dalam pendidikan bahasa.
"Setiap tahun kami menginvestasikan tidak kurang dari 20 juta USD untuk pengembangan produk. Sekolah ini akan jadi sekolah bahasa Inggris yang canggih dan nyaman karena dilengkapi berbagi teknologi canggih seperti iPad, interactive whiteboard, monitor dengan layar sentuh dan berbagai aplikasi reservasi kelas yang bisa diakses secara online," ujarnya.
Sementara itu, menurut Lars Berg, Executive Vice President EF Indonesia, studi menunjukkan bahwa profesional yang berkemampuan berbahasa Inggris dengan baik bisa meraih pendapatan 30-50 persen lebih tinggi. Sebanyak 42 persen CEO di Indonesia mengatakan bahwa mereka kekurangan karyawan yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Maka, lanjut Lars, Dengan berkembang pesatnya perekonomian di Indonesia, diperkirakan pada 2030 Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja yang mahir berbahasa Inggris.
"Kebanyakan orang menghabiskan ribuan jam belajar bahasa Inggris mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Namun, sebagian besar murid dewasa kami saat pertama kali datang ke EF Center merasa kurang percaya diri dalam berbahasa Inggris. Sistem pembelajaran kami dirancang khusus untuk membantu murid menguasai bahasa Inggris praktis, ini berarti mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara alami dalam situasi kehidupan nyata," ungkap Lars.
Share: Kompas.com
WARNING..!! Etika BERKOMENTAR di Blog all's well :
a. Gunakanlah Perkataan yang Baik, Ramah dan Sopan
b. Komentar SPAM akan all's well HAPUS setelah direview
c. Komentar NEGATIF & RASIS akan Segera di HAPUS
d. Dilarang Menambahkan "LINK AKTIF" dalam Komentar
Note: "ANDA SOPAN KAMI PUN SEGAN" (all's well) ConversionConversion EmoticonEmoticon